Jumat, 21 Desember 2018

MEDIA DALAM CENGKRAMAN KEKUASAAN

Derasnya arus informasi hingga menyesaki ruang2 sosial, dapat membuat kita sulit memilah mana yang objektif dan mana yang tidak objektif. Namun perlu kita ketahui bahwa media massa sebagai agen distribusi pesan yang paling efektif kini perlu kita bedah secara ilmiah.

Bahwa media tdk bisa berdiri sendiri, media bahkan tdk bebas nilai menentukan agenda publik, ruang media sangat sangat didominasi agenda kekuasaan,, media mulai memproduksi dan mendistribusi pesan2 kekuasaan untuk mempengaruhi opini publik, mengonfirmasi teori agenda setting dari McCombs dan Donald L. Shaw menyatakan bahwa media massa merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. 

Disinilah pesan2 kekuasaan diproduksi dan didistribukan kepada publik demi memenuhi hasrat kekuasaan semata, media sebagai getakper kekuasaan, menyebarkan informasi positif dari kekuasaan sekaligus menangkal isu2 negatif dari kelompok oposisi.

Sehingga dalam konteks politik hari ini publik kita tentu mengamati apa yang diberitakan media terkait pilpres terlihat sangat subjektif, lihat saja media2 yang selama ini rata2 pemiliknya berada dalam kekuasaan, dan itu suda menunjukan betapa pradoksnya media melacurkan dirinya demi kekuasaan semata dan mengindahkan agenda publik, beberapa contoh kasus yang abai dari perhatian media, mulai dari aksi tuntutan guru honorer di depan Istana, reuni 212 d monumen nasional. 

Ini menunjukan bahwa ada hal yang patut diduga, sehingga mengonfirmasi kembali konsep2 kritikal teori yang memandang bahwa media suda menjadi perangkat kekuasaan,,, namun media mainstream rupanya lupa dan tak sadar diri dengan kehadiran media sosial sebagai salah satu ruang kebenaran publik yang bisa diakses siapa saja. 

Dengan hadirnya media sosial dapat merengut peluang dari media arus utama dari ruang publik, dan itu bisa jadi menjadi ancaman bagi media konfensional di ruang publik, media konfensional hilang kepercayaan dari publik. Apalagi sebatas lembaga survei yang hanya menemukan moment saat momentum politik 5tahunan,, mereka pasti akan digerogoti oleh hegemoni keluasaan, mereka akan melacurkan kesucian dan kredibilitas keilmuan yang mereka miliki demi uang dan uang, mereka hanya bisa digarap oleh kekuasaan sebagai lembaga partisan untuk melakukan apa yang dikehendaki penguasa.

DIES NATALIS GMNI ke 66

REFLEKSI HARI LAHIR GMNI Kita harus berani mengoreksi diri dengan cara menghilangkan praktik-praktik yang mengkhianati prinsip Bhinneka...