Minggu, 14 Oktober 2018


Bahwa dalam pertarungan untuk menjadi raja, hanya ada dua pilihan menang atau mati
CerceiLannister

Sedikit kutipan Lannister dalam film game of thrones (cerita kekerasan dan incest) yang dikutip presiden Jokowi saat berpidato di depan peserta IMF WB di Nusa Dua bali,,

Ada benarnya juga presiden menggunakan tema perebutan tahta hanya menyindir negara2 besar, namun dalam komunikasi politik dapat dibaca dari dua prespektif, yang pertama adalah conten of massage (pesan), dan kedua adalah berkaitan dengan moment (pilpres 2019).

Dilihat dari isi pesan yang disampaikan presiden adalah mengandung makna yang berkaitan dengan film game of thornes, yang diartikulisan isi pesan dari film tersebut memberikan sindiran kepada negara2 yang ambisi pada kekuasaan,, sebab dalam film tersebut menceritakan perebutan kekuasaan dengan cara kekerasan.

Berkaitan dengan moment dimana pidato tersebut disampaikan pada dua moment yang bertepatan, yakni pada saat acara IMF WB juga dalam kondisi dimana Indonesia dalam proses berlangsungnya pilpres 2019.

Untuk acara world Bank tidaklah menjadi soal, namun ketika dimaknai tidak hanya pada acara world bank maka tentu makna itu sangat tidak menguntungkan Jokowi pada perhelatan pilpres 2019. Dimana maknanya justru menyudutkan Jokowi sendiri, sebab Jokowi berambisi untuk menjadi presiden dua periode.

Tentu sesuai cerita dari film game of thornes tersebut bahwa proses perebutan kekuasaan dengan cara-cara kekerasan dan seksual yang sangat tidak beradap. 

Dalam bacaan semiotik komunikasi Baudrillard bahwa pesan yang disampaikan hanya sedikit saja menyentuh kognisi seketika, namun sangat heroik, heroiknya mampu mengejutkan pikiran orang dalam jangka singkat, namun tidak berlangsung lama, dan setelah direviu kembali barulah dapat makna yang tidak tunggal.

Tetapi setelah beberapa saat kemudian orang sadar dan menyimak kembali pesan tersebut baruh mereka menelusuri asal usul dari pesan tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi realitas sosial yang sebenarnya. 

Dalam konteks pilpres 2019 tentu dari kubuh lawan Jokowi tentu mengkapitalisasi pesan dari pidato tersebut untuk mendelegimitasi (melemahkan) pihak Jokowi. Karena pesan dari pidato Jokowi suda menunjukan keegoisanya dalam memperebut kekuasaan dengan cara-cara tidak benar, yakni dengan mengambil resiko pada pilihan untuk merebut tahta kekuasaan dengan cara siap menang dan mati.

Kamis, 04 Oktober 2018

BERJANJI SETENGAH HATI

Politik mengajarkan kita senih berinteraksi dengan berbagai kepentingan, dan disini generasi dituntut untuk memiliki integritas politik yang baik,, tentu generasi yang memiliki tujuan untuk tidak menjadi budak dari tuan2 politik yang hanya sekedar memanfaatkan mereka sebagai tameng politik,

Sejalan dengan pikiran diatas maka dalam defenisi generasi adalah kelompok usia remaja yang bertindak dan berperilaku sebagai usia yang menyiapkan diri dan merencanakan kehidupan yang berkelanjutan, artinya generasi harus dilihat sebagai entitas yang memiliki tujuan dan harapan.

Membaca perilaku elite politik kita saat ini menunjukan rendahnya nalar politik dan minimnya moral politik yang diperlihatkan kepada generasi saat ini, mereka hanya memikirkan diri sendiri dan hanya menjadikan generasi sebagai objek politik semata.

Generasi dalam prespektif politik adalah generasi yang merdeka dalam menentukan sikap dan pilihan hidup sesuai dengan pilihan-pilihan rasionalnya yang tentu didasarkan pada pengalaman subjetivitas hidupnya.

Mencermati generasi dalam lingkaran relasi kuasa elite politik saat ini tidak seperti yang diharapkan,, tujuan generasi mulai direduksi dari kepentingan elite politik, artinya generasi hanya diperalat demi memuluskan kepentingan elite politik.

Generasi dalam siklus politik hanya dimanfaatkan semangat, pikiran, dan tenagahnya demi memenuhi kepuasan elite politik tertentu, dan setelah elite politik mendapatkan tujuannya, generasi dibiarkan ibarat burung terbang tanpa sayap, dn berkenala dalam ruang kehidupan yang hampa.

Seharusnya relasi generasi dan elite politik dibangun separipurna mungkin untuk saling meningkatkan hubungan yang bersifat parmanen, karena generasi adalah penerus dari perjuangan elite politik, dimana mereka suatu saat akan menggantikan dan meneruskan tongkat stafet kaum yang sudah tuah,

Akan tetapi generasi hanya dijadikan sebatas objek politik dari kepentingan elite politik, seharusnya generasi penerus dikader dan dikawal, agar mereka selalu berdialetika dengan berbagai ruang yang suda terfasilitasi oleh elite politik.

Elite politik harus memosisikan diri sebagai pengarah, sehingga dapat membimbing setiap proses generasi diberbagai tingkatan,, jangan generasi dikriminalisasikan semangat dn pikirannya demi memenuhi kebutuhan elite politik semata.

Fenomena karakter elite politik ini terlihat sangat ambisius dan menggurita setiap gerakan generasi sampai pada level atau tingkatan yang paling bawah, sehingga generasi tak berdaya untuk menentukan pilihannya. Pilihan-pilihan generasi ditentukan oleh elite politik yang serahkan.

Polah komunikasi elite politik dengan generasi muda hanya pada tataran oportunisme belaka,, artinya mereka hanya memanfaatkan generasi dan mengambil keuntungan dari apa yang generasi perjuangkan bersama mereka.

Ini adalah gerakan politik yang dibangun oleh elite politik yang dimana tidak mengandung muatan moral, sehingga tercipta hubungan atau relasi yang tidak sehat antara generasi dan elite politik,, seharusnya hubungan yang dibangun harus simbiosis mutualisme (saling menguntungkan), tapi kenyataan generasi hanya hidup dibawah bayang-bayang ketidak jelasan orientasi.

Memang elite politik berjanji dan bekerja setengah hati terhadap generasi, mereka sepertinya memiliki fobia (berjanji dalam kecemasan) terhadap hadirnya generasi, rasa ketakutan elite politik ketika mereka tersaingi oleh generasi di atas pentas politik.

Inilah yang membuat generasi kadang jenuh dengan siklus yang dipertahankan oleh elite politik, dan kadang pulah melahirkan sikap yang berbeda, akan tetapi sering dikekang oleh elite politik, sehingga membuat generasi mengalami disisonansi orintasi, artinya generasi disatu sisi berani mengambil sikap untuk bersebrangan, tetapi disisi lain elite politik menjadi ancaman bagi mereka,,

Karena elite politik dalam realitas politik mereka adalah kaum yang sudah mapan dan terpolah dalam dinamika politik. Inilah yang membuat generasi tak berdaya dalam pengawasan elite politik. Dan pada akhirnya generasi mengalami disorientasi harapan.

BERJANJI DALAM KECEMASAN


Hidup dalam bayang-bayang ketidak pastian adalah suatu keharusan yang ditempuh oleh generasi kekinian. Harapan palsu yang ditiupkan kedalam pikiran adalah menjadikan watak mereka menjadi suatu keniscayaan hidup tak pasti di hari esok.

Misteri janji palsu terus menghantui gerak dan langkah mereka saat menapaki jalan hidup yang penuh kecemasan ditengah-tengah riuh rendahnya fluktuasi politik yang tak menjanjikan.

Walaupun harapan masi dalam janji manis yang belenggu namun tak pernah redup kobaran semangat mereka,, bagi mereka tenaga, pikiran, hingga cucuran keringat dan air mata darah adalah sebuh konsekwensi logis yang merekah pertaruhkan demi tuan-tuan duduk di atas singgasana.

Terpotret perjalanan panjang 1 dekade telah memberikan banyak gambaran nyata bagi generasi, tetapi generasi tak peduli, mereka tetap bersikukuh pada harapan yang tak kunjung tibah,, pun gegap gempitah dari setiap medan yang mencekam, mereka tetap berdiri kokoh tuk menghadang amukan lawan dari berbagai penjuru.

Mereka terus membentengi dan melindungi tuan-tuan dari berbagai amukan badai sampa janji tuan-tuan kepada mereka terlunasi, mereka terlanjur menaru harapan pada janji manis yang ditiupkan kedalam pikiran dan sikap mereka, hingga mereka berjuang dengan keyakinan, walaupun pada akhirnya mereka dihianati oleh tuan-tuan.

Kini dagelan dari tuan-tuan terlihat lucu dan membosankan, kejenuhan pun mulai menggurita disetiap ceruk yang terbaca hari ini, musim mulai berganti, arah kompas mulai terlihat, generasi mulai menikmati pertunjukan tuan-tuan di atas altar kekuasaan,

Pertunjukan yang mereka pentaskan adalah penuh kebohongan dan miskin makna, namun generasi tetap saja menikmati tanpa berkeluh kesah dan risau pada kondisi yang menjijikan itu.

Di atas pentas terbaca karakter tuan-tuan dari setiap lakon yang dimainkan dan terlihat ada fobia dalam diri tuan-tuan, Rupanya tuan-tuan takut tersingkirkan dari singgasana,, mereka tidak takut pada amanah yang dititipkan pada pundak tuan-tuan.

Rasa ketakutan itulah generasi dijadikan sebagai tameng kekuasaan tuk melindungi tuan-tuan, peran dan fungsi generasi hanya bisa diterjemahkan sebagai perisai kekuasaan, mereka ingin puas sendiri di atas penderitaan yang lain.

Generasi hanya bisa berbicara dengan suara tertahan, dan mengangguk seadanya tanpa melawan dengan kata-kata. Namun kecemasan terus menuai dalam hati dan pikiran, kecemasan tentang hari esok yang baik, hari esok yang menjanjikan,, 

Tetapi semua itu hanya menjadi ilusi yang terus meneurus berlangsung sepajang masa, sebab tak ada yang bisa membendung sampai kapan ilusi itu akan berakhir,, tak tau apa yang ada dalam benak tuan-tuan tentang generasi hari esok. 

DIES NATALIS GMNI ke 66

REFLEKSI HARI LAHIR GMNI Kita harus berani mengoreksi diri dengan cara menghilangkan praktik-praktik yang mengkhianati prinsip Bhinneka...