Senin, 23 Maret 2020

DIES NATALIS GMNI ke 66

REFLEKSI HARI LAHIR GMNI
Kita harus berani mengoreksi diri dengan cara menghilangkan praktik-praktik yang mengkhianati prinsip Bhinneka Tunggal Ika, apalagi sebatas memanfaatkan situasi² tertentu hanya kepentingan kelompok semata.

Melihat kondisi bangsa akhir², tidak sedikit orang menggunakan jargon² sprti "saya pancasilais" NKRI harga mati, dll, namun paraktiknya tdk menunjukan nilai² kheBhinekaan.

Praktiknya, secara tekstual, fenomena sosial politik yang sering terjadi adalah ketika pengghianat bangsa in, sering mengemas narasi² yang dianggap bangsa ini dalam kondisi emergensi, jdi harus diselamatkan, harus dilakukan pencegahan dini, namun realitas menunjukan ada teks² yang dipoles dgn bagus, statemen² yang menghipnotis, seakan bangsa ini dalam kondisi kritis dn seterusnya.

Sampai² mereka mencoba membenturkan agama dengan ideologi negara, sehingga dalam konteks medan wacana, terjadi pertarungan sengit antarkepentingan kelompok terntentu, dan rakyat terus ditakut takuti dengan wacana² yang menyesatkan,,

Rakyat terus di adu domba dengan berbagai faham yang menyesatkan, entah itu faham radikal, fundamental atau apalah namanya itu, bahkan ada pula yang menggelorakan fanatisme pancasila, kepada rakyat, sehingga terbentuklah polarisasi kekuatan ditengah² rakyat, antara pro dan kontra.

Dan ketika terjadi seperti ini maka tentu kelompok² penghianat bangsa ini menjadikan sebagai cela utk mengkapitalisasi demi kepentingan kelompok mereka, mereka sepertinya melihat peluang seperti ini sebagai kekuatan untuk mereka terus eksis dn menikmati kekacawan ditengah² rakyat.

Namun apa yang terjadi ketika bangsa ini dan saat ini di landa musibah yang sangat mengerikan dari wabah virus corona, apakah kita semua saat ini masi dalam konsentrasi rasa fanatisme kita untk mempersoalan setiap problem sosial tentang bangsa ini, ntah itu persoalan politik, ekonomi, dan lain sebagainya.

Itu sangat mustahil ketika kita dalam satu suasana yang mencekam dan masi tetap tegar dengan persoalan kefanatismeaan kita. Sebab disamping wabah corona ini mengguncangkan dunia, termasuk bangsa ini, tentu yang ada dalam pikiran kita adalah persoalan bagai mana kita bisa bertahan dan terhindar dari wabah yang membahayakan ini.

Sementara ditengah² maraknya wabah ini tentu kita tidak tau, bahwa bisa saja dan mungkin saja terjadi banyak sekali penghianat bangsa memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan mereka, baik itu persoalan politik, ekonomi, hukum dan lain sebagainya.

Kita sebagai rakyat awam, tentu dengan cara pandang subjektif, tentu akan menjadi objek permainan para pecundang bangsa ini. Sehingga diharapkan semua kader dn alumni melihat ini tidak hanya sebatas pada kacamata fanatisme yang berlebihan, apalagi suda terjerembab at terkonstuk dalam wilayah fanatisme subjektif, ini tentu sangat memprihatikan ketika tidak menggunakan logika rasional dan kritis dalam menyikapi problem bangsa saat ini.

Semoga DIES NATALIS GMNI yang ke 66 ini menjadikan GMNI menjadi organisasi yang berada ditengah² berbagai fanatisme rakyat atas permainan kelompok² pecundang bangsa ini, dan menjadi penyejuk yang terukur dan dapat menyatukan berbagai perbedaan faham yang menyesatkan.

Semoga semua kader GMNI, dn alumi, serta seluruh rakyat Indonesia terselamatkan dari wabah ini, dan kembali mengokohkan persatuan dan keutuhan bangsa yang tidak sebatas lewat kata² dan wacana belaka, tapi dengan tindakan nyata, eksen nyata.

Selamat hari lahir GMNIku yang ke 66, GMNI rumah perjuanganku

GMNI Jaya....
MARHAEN Menang....

Merdeka....💪💪

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DIES NATALIS GMNI ke 66

REFLEKSI HARI LAHIR GMNI Kita harus berani mengoreksi diri dengan cara menghilangkan praktik-praktik yang mengkhianati prinsip Bhinneka...