Kamis, 04 Oktober 2018

BERJANJI DALAM KECEMASAN


Hidup dalam bayang-bayang ketidak pastian adalah suatu keharusan yang ditempuh oleh generasi kekinian. Harapan palsu yang ditiupkan kedalam pikiran adalah menjadikan watak mereka menjadi suatu keniscayaan hidup tak pasti di hari esok.

Misteri janji palsu terus menghantui gerak dan langkah mereka saat menapaki jalan hidup yang penuh kecemasan ditengah-tengah riuh rendahnya fluktuasi politik yang tak menjanjikan.

Walaupun harapan masi dalam janji manis yang belenggu namun tak pernah redup kobaran semangat mereka,, bagi mereka tenaga, pikiran, hingga cucuran keringat dan air mata darah adalah sebuh konsekwensi logis yang merekah pertaruhkan demi tuan-tuan duduk di atas singgasana.

Terpotret perjalanan panjang 1 dekade telah memberikan banyak gambaran nyata bagi generasi, tetapi generasi tak peduli, mereka tetap bersikukuh pada harapan yang tak kunjung tibah,, pun gegap gempitah dari setiap medan yang mencekam, mereka tetap berdiri kokoh tuk menghadang amukan lawan dari berbagai penjuru.

Mereka terus membentengi dan melindungi tuan-tuan dari berbagai amukan badai sampa janji tuan-tuan kepada mereka terlunasi, mereka terlanjur menaru harapan pada janji manis yang ditiupkan kedalam pikiran dan sikap mereka, hingga mereka berjuang dengan keyakinan, walaupun pada akhirnya mereka dihianati oleh tuan-tuan.

Kini dagelan dari tuan-tuan terlihat lucu dan membosankan, kejenuhan pun mulai menggurita disetiap ceruk yang terbaca hari ini, musim mulai berganti, arah kompas mulai terlihat, generasi mulai menikmati pertunjukan tuan-tuan di atas altar kekuasaan,

Pertunjukan yang mereka pentaskan adalah penuh kebohongan dan miskin makna, namun generasi tetap saja menikmati tanpa berkeluh kesah dan risau pada kondisi yang menjijikan itu.

Di atas pentas terbaca karakter tuan-tuan dari setiap lakon yang dimainkan dan terlihat ada fobia dalam diri tuan-tuan, Rupanya tuan-tuan takut tersingkirkan dari singgasana,, mereka tidak takut pada amanah yang dititipkan pada pundak tuan-tuan.

Rasa ketakutan itulah generasi dijadikan sebagai tameng kekuasaan tuk melindungi tuan-tuan, peran dan fungsi generasi hanya bisa diterjemahkan sebagai perisai kekuasaan, mereka ingin puas sendiri di atas penderitaan yang lain.

Generasi hanya bisa berbicara dengan suara tertahan, dan mengangguk seadanya tanpa melawan dengan kata-kata. Namun kecemasan terus menuai dalam hati dan pikiran, kecemasan tentang hari esok yang baik, hari esok yang menjanjikan,, 

Tetapi semua itu hanya menjadi ilusi yang terus meneurus berlangsung sepajang masa, sebab tak ada yang bisa membendung sampai kapan ilusi itu akan berakhir,, tak tau apa yang ada dalam benak tuan-tuan tentang generasi hari esok. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DIES NATALIS GMNI ke 66

REFLEKSI HARI LAHIR GMNI Kita harus berani mengoreksi diri dengan cara menghilangkan praktik-praktik yang mengkhianati prinsip Bhinneka...