Jumat, 01 Juni 2018

BEREBUT SUARA PEMILIH DI PILKADA MALUKU


Samdar Rery
Perna dimuat di Berita Radar Indonesia (08/03/2018
Tak lama lagi kita telah memasuki pemelihan kepala daerah serentak di 171 daerah. Semua tahapan mulai dari pendaftaran calon, penetapan calon hingga masuk pada tahapan kampanye yang sesuai dengan jawal KPU secara nasional telah dilalui oleh pasangan calon yang telah lolos administrasi KPUD di masing-masing daerah.
Adapun dari ketiga paslon yang akan bertarung kali ini di Maluku sesuai dengan penetapan nomor urut oleh KPUD adalah nomor urut satu yakni paslon Said Assegaf – Andreas Rentanubun dengan akronim SANTUN, nomor urut dua Murat Ismali – Barnabas Orno dengan akronim BAILEO, dan nomor urut tiga Herman Adrian Kudubun akronim HEBAT.
Uniknya salah satu dari ketiga paslon ini yang maju lewat jalur perseorangan adalah pasangan nomor tiga yakni paslon HEBAT. Dengan lolos ferifikasi factual 145.414 persen melebihi syarat dari KPU 122.895 persen.
Memasuki tahapan kampanye saat ini di Maluku telah memberikan potret beragam langkah yang dijalankan para tim paslon untuk merebut hati pemilih, kini membuat perbincangan pilkada Maluku semakin gegap gempita memasuki titik kulminasi pertarungan.
Maluku dengan jumlah pemilih 122.895 pemilih yang tersebar di 11 kabupaten kota bukan berarti hal mudah untuk memenangkan kontestasi demokrasi electoral, disini masing-masing paslon dibutuhkan strategi yang mapan dan terpola untuk bisa merahi hati pemilih.
Masing-masing dari ketiga paslon ini tentu memilik strategi yang berbeda dalam memperebutkan dukungan dari masyarakat terutama bagaimana caranya mereka bisa mendulang suara di daerah yang menjadi lumbung suara yang menjadi potensi kemenangan.
Kondisi geografis yang juga merupakan tantangan tersendiri bagi masing-masing paslon untuk menerobos daerah – daerah yang menjadi lumbung penentu kemenangan. Disini dari ketiga paslon memang memiliki strategi masing-masing dalam mengatasi masalah seperti ini, walaupun tidak sedikit biaya yang dikeluarkan, karena itu merupakan konsekwensi politik yang harus diperhitungkan masing-masing paslon.
Lembaga survey Media Riset Strategi Bedah Nusantara merilis data pada 11 Januari 2018 kemarin untuk ketiga paslon yakni SANTUN 39,16 persen disusul paslon HEBAT 31,48 persen kemudia paslon BAILEO 19,17 persen, dan belum menentukan pilihan 10,19 persen.
Juga ada temuan lain dari Media Riset Strategi Bedah Nusantara bahwa jumlah daftar pemilih telah menentukan pilihannya 83,79 persen dan belum menentukan pilihannya 16,21 persen. ini menandakan bahwa masi ada ceruk untuk diperebukan oleh masing-masing paslon dengan angka yang cukup mempengaruhi kemenangan.
Dari hasil survey tersebut kita bisa dapat menyimpulkan bahwa paslon mana yang bisa menyaingi petaha, bahkan sangat berpotensi ada warga Maluku menginginkan wajah pemimpin baru 5 tahun kedepan.
Incumbent dengan hegomoni kekuasaan yang dimiliki bisa dapat mempengaruhi pemilih yang suda tersegmentasi dengan hegomoni kekuasaan yang ada, akan tetapi perjalanan 5 tahun juga menjadi pesan kampaye apakah bisa diterima rakyat atau tidak.
Juga ada paslon yang memang suda teruji kekuatan elektoralnya pada pilkada 2013, seperti Herman Adrian Kudubun, dan Abd Vanat, kedua figure ini berkoalisi dengan akronim pasangan HEBAT
Paslon HEBAT yakni Herman 2013, putaran pertama menang di 6 kabupaten kota (Ambon, Bursel, Malra MBD, MTB Aru) dan Vanat menang di 3 kabupaten (SBT, SBB, Malteng) walaupun kedua figure ini tidak lolos.
Namun kita bisa melihat polarisasi dukungan saat ini menunjukan ada basis ideologs dari kedua kandidat ini masi ada, juga bisa dilihat sesuai hasil survey yang ada dan lolos ferifikasi factual di KPUD.
Sementara paslon BAILEO juga memiliki kekuatan untuk mengimbangi kedua kandat yakni HEBTA dan SANTUN, diman paslon BAILEO yang wakilnya Barnabas Orno dua periode jadi bupati MBD dan Murat Ismai sebagai mantan kapolda Maluku yang memiliki relasi yang baik di pusat
Kedua kandidat ini diyakini sebagai penentang petahana karena di usung oleh 9 parpol (PDIP, PAN, GERINDRA, PPP, PKB, PKPI dan satu partai pendukung yakni perindo) yang memiliki basis yang rill di dan tersebar di 11 kabupaten kota.
Penetrasi Isu Politik
Proses peneguhan politik berbasis sosiologis seperti organisasi formal dan informal telah membuat pemilih dalam jaringan sosial yang memungkinkan terjadinya proses mobilisasi politik dan menyebabkan warga lebih terlibat.
Organisasi sosial seperti jaringan primordial atau identitas berbasis agama, kedaerahan, dan komunitas lainnya digarap oleh paslon, juga dapat memberikan efek polarisasi dukungan kepada paslon. Artinya dari pemanfaatan kekuatan berbasis organisasi primordial ini juga turut mendorong keaktifan warga dalam berpolitik.
Dari pemanfaatan jaringan sosial sebenarnya suda menunjukan polarisasi dukungan pada ketiga pasangan calon yang ada, ketika kita mencermati paslon mana yang lebih masif menggarap organisasi formal maupun informal.
Mencermati beberapa isu yang berbasis primordial atau politik identitas selalu dimasifkan disemua kanal media, mulai dari media arus utama hingga menyeruak di media sosial memberitkan efek tersendiri terhadap polarisasi dukungan terhadap pasangan tertentu.
Para penganut model sosiologi ini yakin bahwa seseorang pemilih memilih pasangan calon karena adanya kesamaan diantara karakteristik sosiologis pemilih dan karakteristik calon.
Platform ini mungkin tidak menjadi faktor penentu, akan tetapi sentimen agama, etnik, suku, ras, dan kedaerahan membuat polarisasi dukungan itu tetap ada sejak paslon dan tim mampu mengelolah itu dengan baik.
Walaupun tidak semua warga Maluku masuk dalam jaringan sosial akan tetapi ada juga karena mereka ingin berpartisipasi karena ada sentiment politik identitas yang mempengaruhi sikap warga.
Disini perlu dipahami bahwa karakteristik pemilih warga Maluku masi didominasi pemilih tradisional, dimana pemilih tradisional kebanyakan tersegmentasi dengan faktor agama, etnis, budaya, dan faktor kedaeran. Dari sini kita bisa menyimpulkan paslon mana yang mendominasi faktor-faktor tersebut.
Sehingga dengan adanya pemilih kultural memiliki kecendrungan tinggi untuk memilih paslon yang memiliki kesamaan, baik kesamaan agama, etnis, budaya, dan sedaerah.
Menakar Kognisi Pemilih dan Paslon
Informasi politik membuat warga Maluku memiliki informasi cukup memadai tentang para paslon, sehingga warga Maluku terlibat untuk memutuskan siapa yang akan dipilih. Faktor psikologis ini membangun presepsi dan sikap partisan seseorang karena proses sosialisasi politik yang dialaminya.
Selain itu perjuangan merebut hati dan simpatisan warga Maluku juga sangat dipengaruhi faktor egosentris, sosiotropik, retrospektif, dan prospektif yang lajimnya ada dalam model rasional.
Faktor egosentris, warga biasanya mengevaluasi kondisi dirinya ditengah beragam persoalan di Maluku yang sedemikian kompleks. Sehingga menjadi bahan evaluasi pada pemilih dan meberikan efek pada tingkat penerimaan dan keterpilihan pemilih terhadap paslon.
Faktor sosiotropik, evaluasi umum atas keadaan di Maluku yang terjadi saat ini, misalnya evaluasi keadaan ekonomi dan kesejahtraan sosial serta pengaruhnya pada warga Maluku.
Faktor retrospektif, juga memikirkan apa yang suda dikerjakan paslon atau dijanjikan para paslon. Disini pemilih akan membandingkan dengan masa lalunya masing-masing. Apa yang suda dilakukan paslon.
Dalam konteks Maluku saat ini posisi petahana, kita sulit menafsirkan basis keberhasilan yang diraih, karna arus informasi mulai beragam mucul di berbagai kanal media, baik berita hoax atau berita negatif bahkan isu-isu rumor, mengigat selama menjabat di periode pertama bisa menjadi pesan kampanye bernilai positif bagi masyarakat atau tidak.
Sementara itu, penentang dari kedua paslon lainnya yakni paslon nomor urut 2 dan 3 akan berjibaku meyakinkan janji-jani politiknya yang rasional dan terukur agar pemilih warga Maluku melihatnya ada prospek pada dirinya untuk memimpin 5 tahun kedepan.
Faktor prospektif, terkait bagaimana cara paslon memperbaiki keadaan. Paslon berupaya mengkomunikasikan program-program kerja secara rasional dan muda dipahami dengan baik, sehingga warga mudah terkognisi dan bisa menerima pesan-pesan kampanye tersebut.
Pertarungan pilkada Maluku 2018 ini memang semakin menegangkan, sehingga ini menjadi tanggung jawab ketiga paslon dengan timnya untuk sama-sama memberikan pesan-pesan politik yang baik, sehingga demokrasi electoral kali ini bisa memberikan hasil yang baik tanpa ada konflik horizontal yang mengorbankan rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DIES NATALIS GMNI ke 66

REFLEKSI HARI LAHIR GMNI Kita harus berani mengoreksi diri dengan cara menghilangkan praktik-praktik yang mengkhianati prinsip Bhinneka...